Pendidikan Proteksi Radiasi
Pendidikan tahap pertama perguruan tinggi tahun 1977 pada APRO, Depkes Jakarta (sekitar satu tahun tiga bulan). Tahap kedua, tahun 1980 adalah jurusan Fisika FMIPA UI dengan spesialisasi Proteksi Radiasi. Tahap ketiga (terakhir), tahun 2002 adalah Post Graduate Diploma (PGD) in Radiation Protection di UKM, Malaysia tahun 2002. Pendidikan terakhir yang diakui oleh Kemendiknas adalah Spesialisasi satu (Sp-1) Proteksi Radiasi, Sp-1 yang setara dengan S-2.
Pekerjaan Insan Pengawas di Bapeten
Bekerja sebagai PNS diawali pada BPTA Batan dan hingga saat ini tetap konsisten berada dalam instansi pengawasan, yaitu Bapeten. Bidang pekerjaan sebagai insan pengawas telah melalui semua lini utama pengawasan yang bersifat teknis, unit peraturan, perizinan dan inspeksi, ditambah pengkajian. Disamping itu, pernah juga dipercaya jabatan rangkap teknis (Kepala Kelompok Fasilitas dan Peralatan) dan nonteknis (Kepala Subbag Manajemen Informasi).
Jabatan struktural saat ini adalah Kepala Subdirektorat Pengaturan Kesehatan Industri dan Penelitian. Selain itu, status sebagai insan pengawas, mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai Inspektur Muda yang diawali pada tahun 1990 hingga saat ini sebagai Inspektur Utama (Bidang Kesehatan dan Industri). Ke depan ingin mengaktifkan kembali jabatan fungsional pengawas radiasi yang pernah berhenti sementara tahun 2001.
Tahapan pendidikan dan pekerjaan tersebut pada umumnya saling terkait antara satu dengan lainnya. Bahkan, berdasarkan milestone maka persentasenya lebih besar di bidang medik daripada bidang industri dan penelitian. Dalam bidang medik, lokus pekerjaannya adalah sentra layanan radiologi (diagnostik dan intervensional, radioterapi dan kedokteran nuklir). Dari perspektif pengawasan berdasarkan UU No. 10 Tahun 1977 tentang Ketenaganukliran, sentra layanan radiologi adalah tempat dimana tenaga nuklir digunakan.
Dua Pakar Proteksi Radiasi di Tempat Kerja Bapeten
(Drs Arifin S Kustiono, MSc, dan Drs Azhar, MSc)
Kedua tokoh ini adalah pakar di bidang proteksi radiasi yang latarbelakang pendidikan formalnya adalah master dalam bidang fisika kesehatan (health physics). Pak Arifin dan Azhar adalah Fisikawan Kesehatan (Health Physicists) yang “berkelas” karena keduanya adalah lulusan luar negeri dari negara maju. Pak Arifin dan Pak Azhar adalah dua tokoh idola dalam hal proteksi radiasi. Bahkan Pak Arifin adalah juga guru sedangkan Pak Azhar adalah mentor/senior (abang).
Drs Arifin S Kustiono, MSc
Pendidikan formal akademis adalah S-1 fisika FMIPA ITB kemudian S-2 dari Inggris. Jabatan struktural terakhir adalah Sestama Bapeten, eselon-1, dengan pangkat: Pembina Utama dan Golongan: IV/e. Beliau adalah salah satu dosen luar biasa di UI pada era tahun delapanpuluhan, ketika itu ada peminatan Proteksi Radiasi di jurusan Fisika FMIPA UI. Matapelajaran yang diajarnya adalah Proteksi Radiasi. Selain itu, Beliau sarat dengan pengalaman sebagai peserta atau narasumber dalam berbagai kegiatan nasional maupun internasional berupa training, fellowship, seminar, workshop, sciencetific visit, executive meeting bidang proteksi radiasi. Ketika pembangunan reaktor GA Siwabessy di Serpong, Beliau salah satu anggota tim senior bidang proteksi radiasi. Kontribusinya sudah tidak diragukan lagi dalam hal proteksi radiasi.
Dalam karier nonstruktural, yaitu jabatan fungsional pengawas radiasi adalah Pengawas Radiasi Utama dengan pangkat IV/e. Beliau suskses hingga mencapai puncak karier dan memasuki masa purna bakti hingga usia 65 tahun. Satu hal yang membanggakan lagi mengenai status fungsionalnya adalah Inspektur Utama Bidang Kesehatan dan Industri. Bahkan Pak Arifin adalah juga pembina inspektur yang “anak didiknya” sudah menjadi “pembina inspektur”. Dalam hal keinspekturan yang tugasnya inspeksi keselamatan radiasi dalam bidang industri, medik dan penelitian maka tidak berlebihan kalau Beliau disebut sebagai “mahaguru inspektur Bapeten”. Pada era BPTA Batan tahun 1994 – 1998, Beliau adalah sosok “Bos Inspektur” yang paling disegani oleh Inspektur lainnya di Bidang Industri Kesehatan dan Penelitian.
Drs Azhar, MSc
Pendidikan formal akademis adalah S-1 fisika FMIPA UI, spesialisasi proteksi radiasi kemudian S-2 dari Cincinati University USA. Jabatan struktural saat ini adalah Direktur Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, eselon-2, pangkat: Pembina Utama Madya dan Golongan: IV/d. Beliau sarat dengan pengalaman sebagai peserta atau narasumber dalam berbagai kegiatan nasional maupun internasional berupa training, fellowship, seminar, workshop, sciencetific visit, executive meeting bidang proteksi radiasi. Selain itu, Pak Azhar juga memiliki pengalaman special meeting terkait paparan medik (medical exposure), diantaranya Spanyol.
Apabila ada diantara Fisikawan Medis atau pihak lain yang ingin mengetahui informasi mengenai proteksi radiasi dan fisika kesehatan maupun fisika medik, Beliau sangat terbuka. Literatur yang dimilikinya cukup lengkap karena berlangganan Journal Health Physics. Pak Azhar adalah juga Inspektur Utama Bidang Kesehatan dan Industri serta pembina inspektur Bapeten.
Fisikawan Kesehatan dan Fisikawan Medis
Fisikawan Kesehatan (Health Physicist) didedikasikan secara khusus untuk bekerja di bidang pemanfaatan tenaga nuklir non medik, yaitu litbang ketenaganukliran, misalnya fasilitas kalibrasi, faslitas iradiasi, produksi radisotop dan instalasi pengelolaan limbah radioaktif. Idealnya, pendidikan dasar S-1 adalah Proteksi Radiasi yang kemudian melanjutkan pendidikannya palingkurang hingga S-2 fisika kesehatan dan idealnya hingga S-3.
Sedangkan Fisikawan Medis (Medical Physicist) didedikasikan secara khusus bekerja di bidang pemanfaatan tenaga nuklir bidang medik yang pengguna akhirnya manusia, yaitu rumah sakit. Idealnya pendidikan dasar S-1 adalah Fisika Medik yang kemudian melanjutkan pendidikannya palingkurang hingga S-2 fisika medik dan idealnya hingga S-3. Kedua pakar ini, lazim juga disebut sebagai Qualified Expert apabila kontribusi dan karyanya sudah terbukti di tingkat internasional.
Impian Menjadi Pakar Proteksi Radiasi di Bapeten
Menjadi pakar proteksi radiasi dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal fisika kesehatan di luar negeri. Oleh karena itu timbul hasrat menjadi Fisikawan Kesehatan dengan mengidolakan Pak Arifin dan Pak Azhar sebagai pakar proteksi radiasi. Namun kesempatan mengikuti pendidikan fisika kesehatan tidak terwujub, hanya sebatas hasrat. Akhirnya datang juga kesempatan lain, yaitu rencana mengikuti pendidikan fisika medik namun faktanya mengikuti pendidikan proteksi radiasi.
Modal dasar pendidikan S-1 proteksi radiasi sudah ada, same as my senior, Pak azhar. Hasrat mengikuti pendidikan fisika medik ini timbul karena adanya pembicaraan antara Kepala Bapeten Dr Mohammad Ridwan, M.Sc, APU dengan pejabat IAEA warga negara Malaysia. Rencananya IAEA akan memfasilitasi Degree Master Program in Medical Physics di Malaysia tahun 2001. Namun rencana tersebut gagal karena IAEA menyarankan untuk mengikuti Post Graduate Diploma (PGD) in Radiation Protection UKM Malaysia.
There was a very simple reason which given by IAEA, namely: “If Mr Togap would be a Medical Physicist, He work at hospital, end user”. IAEA menambahkan lagi, bahwa PGD in Radiation Protection sudah khusus didesain untuk meningkatkan kompetensi para personil yang bekerja pada Badan Pengawas dan Badan Pelaksana Ketenaganukliran.
Proyek IAEA untuk PGD ini dilaksanakan secara serentak di belahan dunia ini, meliputi: Asia, Afrika dan Amerika khusus bagi negara-negara berkembang. Malaysia adalah tuan rumah wilayah Asia, dan Afrika Selatan untuk tuan rumah wilayah Afrika.
Bukti Peminatan Fisika Medik
Sebagai bukti bahwa sejak dulu sudah ada ketertarikan mengenai fisika medik yang terpatri di lubuk sanubari adalah adanya kegiatan yang pernah diikuti, diantaranya:
Ketika mengikuti PGD di UKM, Malaysia, yang mengajar Medical Exposure ada 4 (empat) pakar, yang terdiri dari:
Pendidikan tahap pertama perguruan tinggi tahun 1977 pada APRO, Depkes Jakarta (sekitar satu tahun tiga bulan). Tahap kedua, tahun 1980 adalah jurusan Fisika FMIPA UI dengan spesialisasi Proteksi Radiasi. Tahap ketiga (terakhir), tahun 2002 adalah Post Graduate Diploma (PGD) in Radiation Protection di UKM, Malaysia tahun 2002. Pendidikan terakhir yang diakui oleh Kemendiknas adalah Spesialisasi satu (Sp-1) Proteksi Radiasi, Sp-1 yang setara dengan S-2.
Pekerjaan Insan Pengawas di Bapeten
Bekerja sebagai PNS diawali pada BPTA Batan dan hingga saat ini tetap konsisten berada dalam instansi pengawasan, yaitu Bapeten. Bidang pekerjaan sebagai insan pengawas telah melalui semua lini utama pengawasan yang bersifat teknis, unit peraturan, perizinan dan inspeksi, ditambah pengkajian. Disamping itu, pernah juga dipercaya jabatan rangkap teknis (Kepala Kelompok Fasilitas dan Peralatan) dan nonteknis (Kepala Subbag Manajemen Informasi).
Jabatan struktural saat ini adalah Kepala Subdirektorat Pengaturan Kesehatan Industri dan Penelitian. Selain itu, status sebagai insan pengawas, mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai Inspektur Muda yang diawali pada tahun 1990 hingga saat ini sebagai Inspektur Utama (Bidang Kesehatan dan Industri). Ke depan ingin mengaktifkan kembali jabatan fungsional pengawas radiasi yang pernah berhenti sementara tahun 2001.
Tahapan pendidikan dan pekerjaan tersebut pada umumnya saling terkait antara satu dengan lainnya. Bahkan, berdasarkan milestone maka persentasenya lebih besar di bidang medik daripada bidang industri dan penelitian. Dalam bidang medik, lokus pekerjaannya adalah sentra layanan radiologi (diagnostik dan intervensional, radioterapi dan kedokteran nuklir). Dari perspektif pengawasan berdasarkan UU No. 10 Tahun 1977 tentang Ketenaganukliran, sentra layanan radiologi adalah tempat dimana tenaga nuklir digunakan.
Dua Pakar Proteksi Radiasi di Tempat Kerja Bapeten
(Drs Arifin S Kustiono, MSc, dan Drs Azhar, MSc)
Kedua tokoh ini adalah pakar di bidang proteksi radiasi yang latarbelakang pendidikan formalnya adalah master dalam bidang fisika kesehatan (health physics). Pak Arifin dan Azhar adalah Fisikawan Kesehatan (Health Physicists) yang “berkelas” karena keduanya adalah lulusan luar negeri dari negara maju. Pak Arifin dan Pak Azhar adalah dua tokoh idola dalam hal proteksi radiasi. Bahkan Pak Arifin adalah juga guru sedangkan Pak Azhar adalah mentor/senior (abang).
Drs Arifin S Kustiono, MSc
Pendidikan formal akademis adalah S-1 fisika FMIPA ITB kemudian S-2 dari Inggris. Jabatan struktural terakhir adalah Sestama Bapeten, eselon-1, dengan pangkat: Pembina Utama dan Golongan: IV/e. Beliau adalah salah satu dosen luar biasa di UI pada era tahun delapanpuluhan, ketika itu ada peminatan Proteksi Radiasi di jurusan Fisika FMIPA UI. Matapelajaran yang diajarnya adalah Proteksi Radiasi. Selain itu, Beliau sarat dengan pengalaman sebagai peserta atau narasumber dalam berbagai kegiatan nasional maupun internasional berupa training, fellowship, seminar, workshop, sciencetific visit, executive meeting bidang proteksi radiasi. Ketika pembangunan reaktor GA Siwabessy di Serpong, Beliau salah satu anggota tim senior bidang proteksi radiasi. Kontribusinya sudah tidak diragukan lagi dalam hal proteksi radiasi.
Dalam karier nonstruktural, yaitu jabatan fungsional pengawas radiasi adalah Pengawas Radiasi Utama dengan pangkat IV/e. Beliau suskses hingga mencapai puncak karier dan memasuki masa purna bakti hingga usia 65 tahun. Satu hal yang membanggakan lagi mengenai status fungsionalnya adalah Inspektur Utama Bidang Kesehatan dan Industri. Bahkan Pak Arifin adalah juga pembina inspektur yang “anak didiknya” sudah menjadi “pembina inspektur”. Dalam hal keinspekturan yang tugasnya inspeksi keselamatan radiasi dalam bidang industri, medik dan penelitian maka tidak berlebihan kalau Beliau disebut sebagai “mahaguru inspektur Bapeten”. Pada era BPTA Batan tahun 1994 – 1998, Beliau adalah sosok “Bos Inspektur” yang paling disegani oleh Inspektur lainnya di Bidang Industri Kesehatan dan Penelitian.
Drs Azhar, MSc
Pendidikan formal akademis adalah S-1 fisika FMIPA UI, spesialisasi proteksi radiasi kemudian S-2 dari Cincinati University USA. Jabatan struktural saat ini adalah Direktur Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, eselon-2, pangkat: Pembina Utama Madya dan Golongan: IV/d. Beliau sarat dengan pengalaman sebagai peserta atau narasumber dalam berbagai kegiatan nasional maupun internasional berupa training, fellowship, seminar, workshop, sciencetific visit, executive meeting bidang proteksi radiasi. Selain itu, Pak Azhar juga memiliki pengalaman special meeting terkait paparan medik (medical exposure), diantaranya Spanyol.
Apabila ada diantara Fisikawan Medis atau pihak lain yang ingin mengetahui informasi mengenai proteksi radiasi dan fisika kesehatan maupun fisika medik, Beliau sangat terbuka. Literatur yang dimilikinya cukup lengkap karena berlangganan Journal Health Physics. Pak Azhar adalah juga Inspektur Utama Bidang Kesehatan dan Industri serta pembina inspektur Bapeten.
Fisikawan Kesehatan dan Fisikawan Medis
Fisikawan Kesehatan (Health Physicist) didedikasikan secara khusus untuk bekerja di bidang pemanfaatan tenaga nuklir non medik, yaitu litbang ketenaganukliran, misalnya fasilitas kalibrasi, faslitas iradiasi, produksi radisotop dan instalasi pengelolaan limbah radioaktif. Idealnya, pendidikan dasar S-1 adalah Proteksi Radiasi yang kemudian melanjutkan pendidikannya palingkurang hingga S-2 fisika kesehatan dan idealnya hingga S-3.
Sedangkan Fisikawan Medis (Medical Physicist) didedikasikan secara khusus bekerja di bidang pemanfaatan tenaga nuklir bidang medik yang pengguna akhirnya manusia, yaitu rumah sakit. Idealnya pendidikan dasar S-1 adalah Fisika Medik yang kemudian melanjutkan pendidikannya palingkurang hingga S-2 fisika medik dan idealnya hingga S-3. Kedua pakar ini, lazim juga disebut sebagai Qualified Expert apabila kontribusi dan karyanya sudah terbukti di tingkat internasional.
Impian Menjadi Pakar Proteksi Radiasi di Bapeten
Menjadi pakar proteksi radiasi dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal fisika kesehatan di luar negeri. Oleh karena itu timbul hasrat menjadi Fisikawan Kesehatan dengan mengidolakan Pak Arifin dan Pak Azhar sebagai pakar proteksi radiasi. Namun kesempatan mengikuti pendidikan fisika kesehatan tidak terwujub, hanya sebatas hasrat. Akhirnya datang juga kesempatan lain, yaitu rencana mengikuti pendidikan fisika medik namun faktanya mengikuti pendidikan proteksi radiasi.
Modal dasar pendidikan S-1 proteksi radiasi sudah ada, same as my senior, Pak azhar. Hasrat mengikuti pendidikan fisika medik ini timbul karena adanya pembicaraan antara Kepala Bapeten Dr Mohammad Ridwan, M.Sc, APU dengan pejabat IAEA warga negara Malaysia. Rencananya IAEA akan memfasilitasi Degree Master Program in Medical Physics di Malaysia tahun 2001. Namun rencana tersebut gagal karena IAEA menyarankan untuk mengikuti Post Graduate Diploma (PGD) in Radiation Protection UKM Malaysia.
There was a very simple reason which given by IAEA, namely: “If Mr Togap would be a Medical Physicist, He work at hospital, end user”. IAEA menambahkan lagi, bahwa PGD in Radiation Protection sudah khusus didesain untuk meningkatkan kompetensi para personil yang bekerja pada Badan Pengawas dan Badan Pelaksana Ketenaganukliran.
Proyek IAEA untuk PGD ini dilaksanakan secara serentak di belahan dunia ini, meliputi: Asia, Afrika dan Amerika khusus bagi negara-negara berkembang. Malaysia adalah tuan rumah wilayah Asia, dan Afrika Selatan untuk tuan rumah wilayah Afrika.
Bukti Peminatan Fisika Medik
Sebagai bukti bahwa sejak dulu sudah ada ketertarikan mengenai fisika medik yang terpatri di lubuk sanubari adalah adanya kegiatan yang pernah diikuti, diantaranya:
- “Pekan Fisika Universitas Indonesia” yang diselenggarakan oleh Komisariat Senat Mahasiswa Fisika FMIPA UI, pada 9 Februari 1989 di Depok. Meskipun Depok cukup jauh dari tempat tinggal di Pondok Gede, diusahakan hadir;
- “Diskusi Panel Kebutuhan dan Peningkatan Peran Fisikawan Medik di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Batan dan HFMBI pada 4 November 2000. Meskipun acara tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu, libur kerja, diusahakan hadir; dan
- “National Seminar on Medical Physics 2002” yang diselenggarakan oleh Malaysian Assosiation of Medical Physics 23rd March 2002. Meskipun peserta wajib bayar dan tempat penyelenggaraan di Grand Seasons Hotel, Kuala Lumpur yang letaknya jauh dari tempat mondok di Bandar Baru Bangi ketika kuliah di UKM, diusahakan hadir.
Ketika mengikuti PGD di UKM, Malaysia, yang mengajar Medical Exposure ada 4 (empat) pakar, yang terdiri dari:
- 2 (dua) pakar lokal, yaitu: (1) Dr. MD Saion Salikin adalah President of Malaysian of Medical Physicist Association dari MINT; dan (2) Dr Rozana adalah Medical Pyisicist dari Hospital UKM; dan
- 2 (dua) pakar internasional, yaitu: (1) Prof Dr Sten Carlsson dari Swedia; dan (2) Dr Carlo Macci dari Prancis keturunan Italia.
Textbooks yang sangat relevan dengan ilmu fisika medik yang dikoleksi, yaitu:
- The Physics of Radiology, Harold Elford, Jhons & Jhon Robert Cunningham, Fourth Edition, 1992.
- The Physics of Radition Therapy, Faiz M Khan, PhD, Second Edition, 1992.
- Physical Principles of Medical Imaging, Perry Spruwls, Jr, PhD, FACR, Second Edition, 1995.
- Radiation Oncology Physics: a Handbook for Teachers and Students, IAEA, 2005.
Sebagai Penyaji
Nama | Peran | Penyelenggaraan | ||
Waktu | Instansi | Tempat | ||
Musda PARI Pengda DIY | Penyaji | 2000 | Pengda PARI DIY | Hotel Quality Yogyakarta |
Musda PARI IV JATIM | Penyaji | 24 – 25 Maret 2001 | Pengda PARI Jatim | Batu Malang |
Pendidikan dan Pelatihan Jaminan Kualitas Radiodiagnostik | Penyaji | 2001 | Pengda PARI DKI Jakarta | Poltekkes, Jakarta |
Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja ”Penilaian Risiko dalam Bidang K3” | Penyaji Makalah: “Uji Kepatuhan Pesawat Sinar-X “ | 2004 | DK3N & Depnaker | Hotel Wisata Jakarta |
National Workshop for Medical Physicst on Radiation Oncology | Penyaji | 2007 | Bapeten, DepkesI & UI | Bapelkes Jakarta |
Pelatihan Cyclotron, Produksi Radiofarmaka dan Aplikasi PET | Penyaji | 2008 | Batan & RS Kanker Dharmais | Pusdiklat Batan Jakarta |
“The Workshop of QA on Diagnostic and Interventional Radiology” | Penyaji | 26 – 30 Januari 2009 | Bapeten, UI & Depkes | Hotel Peninsula Jakarta |
Konsultasi Publik Peraturan Perundang-undangan Ketenaganukliran (Rancangan Peraturan Pemerintah & Peraturan Kepala Bapeten, khusus FRZR) | Penyaji | 2005 - sekarang | Bapeten & Dinkes Propinsi | Hampir seluruh Propinsi di Indonesia |
Seminar Ilmiah Nasional “Standarisasi Profesi Radiografer” | Penyaji | 19 – 20 Maret 2011 | PARI Pengda DIY | Hotel Inna Garuda Jogyakarta |
Sebagai Peserta
Nama | Peran | Penyelenggaraan | ||
Waktu | Instansi | Tempat | ||
Pelatihan: Inspektur Keselamatan Radiasi Bidang Kesehatan. Jakarta | Peserta | 1989 | BPTA Batan & Depkes | Bapelkes Jakarta |
Pekan Fisika KSM FMIPA UI | Peserta | 1989 | FMIPA – UI | Kampus UI Depok |
Radiation Protection, Inspection and Compliance | Trainee | January 7 – March 31 1993 | AECB & IAEA | Ottawa Canada |
National Workshop on Radiation Protection and QA in Diagnostic Radiology | Peserta | 1994 | Batan, Depkes, & IAEA | Aula FKUI Jakarta |
The Workshop on QA in Diagnostic Imaging and Radiation Safety in Medicine | Peserta | 2000 | Depkes & WHO | Hotel Sofyan Jakarta |
Diskusi Panel Kebutuhan dan Peningkatan Peran Fisikawan Medis di Indonesia | Peserta | 4 November 2000 | Batan & HFMBI | PSPKR Batan Jakarta |
Seminar Teknologi Kes.Radiasi dan Biomedika Nuklir I | Peserta | 10 – 11 April 2001 | Batan | Gedung Perasten Batan Jakarta |
National Seminar on Medical Physics | Participant | 23 Maret 2002 | Malaysian Association of Medical Physics (MAPM) | Grand Seasons Hotel Kualalumpur Malaysia |
Semiloka Pengawasan Pelayanan Medik Radioterapi | Peserta | 17 – 18 Oktober 2003 | Bapeten | Hotel Santika Jakarta |
RTC on Authorization and Inspection of Radiation Sources in Radiotherapy. | Participant | 2005 | IAEA & PNRI | PNRI Philippines |
The Third Annual National Cancer Symposium Evidence Based to Practice | Peserta | 5 – 7 Maret 2008 | Depkes | Hotel Borobudur Jakarta |
Scientific Visit on Compliance Testing of X-Ray Equipment, and Cyclotron for Medical. | Member of BAPETEN Executive Team | December 2008 | Bapeten & Dept of Radiology West of Australia | Dept of Radiology West of Australia, Sir Charles Gardner Hospital Perth |
Sebagai Panitia
Nama | Peran | Penyelenggaraan | ||
Waktu | Instansi | Tempat | ||
Dialog Pengkayaan Ilmiah Ke-3 antara DPR RI Komisi VIII dengan Kemenristek Topik “Manfaat dan Risiko Kecelakaan Radiasi dalam Bidang Radioterapi” | Koordinator | 20 Maret 2001 | Kemenristek, Bapeten, Batan, dan LIPI | Gedung Nusantara DPR RI, Senayan, Jakarta |
Rapat Koordinasi Bidang Medik | Koordinator | 31 Maret – 01 April 2006 | Bapeten, Depkes dan Profesi | Hotel Red Top Jakarta |
Rapat TIM POKJA Program Proteksi Bidang Medik | Koordinator | 9, 12, 30 & 31 Mei 2006 | Bapeten, Depkes dan Profesi | Hotel Peninsula Jakarta |
“Rapat Konsultasi Teknis Pendidikan Tenaga Fisika Medik Antarlembaga Terkait – Bapeten, Depkes, Batan, Rumah Sakit, Perguruan Tinggi, dan Organisasi Profesi” | Koordinator | 6 – 7 September 2007 | Bapeten, UI & Depkes | Hotel Peninsula Jakarta |
“Workshop for Medical Physicist on Radiation Oncology” | Koordinator | 26 – 28 November 2007 | Bapeten, UI & Depkes | Bapelkes Jakarta |
Rapat Koordinasi Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi Bidang Medik - Radiodiagnostik | Koordinator | 4 – 6 Desember 2008 | Bapeten & Depkes | Hotel Peninsula Jakarta |
Workshop Nasional tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Diagnostik dan Intervensional, | Koordinator | 11 – 13 Desember 2008 | Bapeten & UI | Hotel Paragon Jakarta |
“The Workshop of QA on Diagnostic and Interventional Radiology” | Koordinator | 26 – 30 Januari 2009 | Bapeten, UI & Depkes | Hotel Peninsula Jakarta |
Program Proteksi dalam Radiologi Diagnostik | Koordinator | 2006 – 2009 awal | Bapeten | Hampir seluruh Propinsi di Indonesia |
Konsultasi Publik Peraturan Perundang-undangan Ketenaganukliran (Rancangan PP & Perka Bapeten, khusus FRZR) | Koordinator | 2005 - sekarang | Bapeten & Dinkes Propinsi | Hampir seluruh Propinsi di Indonesia |
Kegiatan Pengkajian Kepala Kelompok Fasilitas dan Peralatan PPKRad
Nama Kajian | Waktu | Peran |
Kajian Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Brakiterapi Manual di RS Dr Sutomo, Surabaya | 2000 – 2001 | Koordinator |
Penyusunan Data Dasar Radioterapi di Indonesia | 2001 – 2002 | Koordinator |
Kegiatan bersama antara PPKRad BAPETEN dengan PSPKR BATAN dalam rangka Pengukuran Keluaran Radioterapi di RS Dr Sarjito Jogyakarta, RS Dr Sutomo Surabaya, Dr Syaiful Anwar Malang, RS Sanglah Bali dan RS Pirngadi Medan. | 2001 – 2002 | Koordinator |
Penyusunan Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik | 2001 – 2002 | Koordinator |
Kajian Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Remote Afterloading di RS Dr Sutomo Surabaya | 2003 | Koordinator |
Kajian Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Kamera Radiografi Industri DKI, Kaltim, Riau dan Sumsel | 2002 - 2003 | Koordinator |
Kajian Penggunaan Surveymeter Untuk Mengukur paparan Radiasi Pesawat Sinar-X Diagnostik di DKI, Jabar dan Jateng. | 2003 | Koordinator |
Kajian Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Diagnostik di Jawa Barat, Sumbar, Sumut, Sulteng dan Papua. | 2003 - 2004 | Koordinator |
Kegiatan Penyusunan Peraturan Ketenaganukliran Kasubdit PKIP DP2FRZR
Nama Peraturan | Waktu | Peran |
SK Kepala Bapeten No.01-P/Ka-BAPETEN/I-03 tentang Pedoman Dosis Pasien Radioadiagnostik | 2003 | Anggota |
Perka Bapeten No. 01 Tahun 2006 tentang Laboratorium Dosimetri, Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi Terapi, dan Standarisasi Radionuklida | 2004 – 2006 | Koordinator |
Perka Bapeten No. 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan Pekerja Radiasi | 2008 – 2009 | Koordinator |
Perka Bapeten tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X dan Radiodiagnostik dan Intervensional | 2006 – | Koordinator |
Perka Bapeten tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif dan Pembangkit Radiasi Pengion di Instalasi Radioterapi | 2006 – | Koordinator |
Perka Bapeten tentang Keselamatan Radiasi dalam Kedoktreran Nuklir | 2006 – | Koordinator |
Perka Bapeten tentang Keselamatan Radiasi dalam Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka | 2008 – | Koordinator |
Perka Bapeten tentang Keselamatan Radiasi dalam Kegiatan Impor dan Pengalihan Sumber Radiasi Pengion untuk Keperluan Medik | 2010 – | Koordinator |
Perka Bapeten tentang Keselamatan Radiasi dalam Produksi Pembangkit Radiasi Pengion untuk Keperluan Medik | 2011 – | Koordinator |
Demikian dan terima kasih.
Jakarta, 7 Agustus 2011
Togap Marpaung
Jakarta, 7 Agustus 2011
Togap Marpaung
0 komentar:
Posting Komentar
Jika Anda berkenan memberikan komentar, silahkan pilih
"Beri komentar sebagai : Nama/URL"
Kemudian tulis nama Anda dan jika Anda tidak memiliki URL(situs pribadi), biarkan kosong.